WARTEG Tak Mau dan Tak Rela DITINDAS Demi Kepentingan KAPITALIS - Jurnal Aktual

WARTEG Tak Mau dan Tak Rela DITINDAS Demi Kepentingan KAPITALIS

Jakarta-JAN. dr. Ali Mahsun Atmo, M. Biomed Selaku Ketua Umum Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (KETUM APKLI) mengundang dari Perkumpulan Pengusaha WarTeg (Warung Tegal) untuk mendengarkan keluhan mereka dari Ketua Perkumpulan Pengusaha Warung Tegal Mandiri (PPWTM)-Kasan Ali dalam kegiatan Hari Lahir (Harlah) ke-29 APKLI, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Kelompok komunitas masyarakat ekonomi kecil, menyerukan Pedagang Kaki Lima (PKL) bukan onggokan sampah, tetapi memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Keberadaan PKL semestinya menjadi berkah dan ditata lebih baik, bukan lantas malah dimatikan.

Kasan Ali menyampaikan masalah persaingan tidak SEHAT antara Pengusaha Warteg yang tumbuh subur dan saling berdekatan antar warung, “para pengusaha warteg ini ini bersaing tanpa melihat asal usul mereka merantau di Jakarta. Mereka bias saling menghancurkan lantaran ingin menjadi pengusaha warteg tanpa tanding, “ungkap Kasan Ali saat audensi di depan para pengusaha yang tergabung dalam APKLI, Senin, 31/02/22 di Pondok Gede Centers Jalan Cempaka Putih Timur VII Jakarta.

Ia menambahkan, “jarak antar satu warung ke warung hanya cuma 50-100 meter, hal ini membuat mereka bersaing saling menjatuhkan. Nah tujuan kami mendirikan PPWTM adalah untuk mensejajarkan dan mensatukan para pengusaha Warteg ini agar tidak saling menghancurkan dan jika tidak mau kerja sama minimal saling membantu mengingat sejarah saat dalam perantauan dalam mengawali usaha mereka, “tambahnya.

dr. Ali Mahsun Atmo, M. Biomed juga mengakui, “adanya gesekan kepentingan antar pelaku usaha kecil seperti Warteg. Jarak antar Warteg yang berdekatan membuat persaingan kian memanas, sehingga perlu adanya koordinasi pengaturan. “Namun tatkala, ada Warteg bertuliskan Subsidi menjadi persaingan rumit. Kita bukan anti asing, dan kapitalis, tapi keberadaan PKL tidak boleh direnggut. Pada kesempatan itu, Ali juga meminta para pejabat wilayah berwenang tidak semena-mena terhadap pedagang. Pemimpin memiliki kewenangan tetapi tidak boleh menjadi sewenang-wenang.

“Seluruh pemangku kepentingan, Lurah, Camat, Walikota dan lainnya. Pemimpin punya segala kewenangan tapi tak boleh sewenang-wenang. Ingat ada yang membatasi semua itu, adalah konstitusi.”Para pemimpin semua, mari kembali ke khitah masing-masing. Mari berpihak kepada nasib bangsa,” ujarnya. Ali menegaskan, tidaklah punya mimpi sedikitpun tentang masyarakat adil dan makmur seperti yang dicita-citakan dalam UUD 1945, kalau rakyat kecil tidak dirangkul bersama. Karena itu, tidak ada upaya lainnya kecuali menyatukan ekonomi rakyat kecil, “tuturnya.

Dalam acara ini turut hadir tokoh NU, Lily Khodidjah Wahid, cucu Kyai Haji Hasyim Asy’ari, Ketua Harian APKLI, Hery Haryanto Azumi, Ketua Koperasi Beujek, Eka Maulana, Ketua Asosiasi Pedagang Perantau Minang Chaniago, Dedi Hartono Chaniago, Ketua Perkumpulan Pengusaha Warteg Mandiri, Hasan, Ketua Umum Lingkar Merah Putih, Endang Rahayu Natadipura, dan dihadiri oleh berbagai perwakilan cabang wilayah APKLI.

dr. Ali Mahsun Atmo, M. Biomed, menerangkan, “untuk wilayah DKI Jakarta saja terdapat 25.000-an warteg. Karena itu, sebagai wujud kepedulian dan pengembangan perekonomian rakyat, pemerintah ditantang membuat warteg masuk kawasan ekonomi strategis demi memperkuat dan mengembangkan perekonomian rakyat. Usaha warteg juga merupakan bagian tak terpisahkan dari perekonomian rakyat dan warisan budaya bangsa. Warteg harus dilestarikan, dikembangkan harus maju sehingga mampu bersaing menjadi pilar perekonomian bangsa, “pungkasnya. Untuk lebih lengkapnya simak VIDEO di bawah ini. hel-bar

klik gambar ini untuk melihat video

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *